PADANG - Perpisahan orang tua dan kebutuhan untuk bertahan hidup, membuat Heri Afrianto (32) memutuskan merantau seorang diri ke Padang sejak usia 12 tahun pada 1996. Tinggal bersama seorang sanak famili di Purus Padang, Heri kecil melakoni keseharian menjadi nelayan dan penjual ikan.
Kerasnya kehidupan dan lingkungan nelayan membuat Heri mencoba peruntungan merantau ke Jakarta. Hal ini tidak bertahan lama juga. Hanya dua tahun merantau di Ibukota, Heri kembali lagi ke Padang dan mendapatkan kerja membantu usaha pengumpulan besi tua di Marapalam tahun 2000.
Gaji yang diberikan majikan tidak
mencukupi, Heri memutuskan untuk mengumpulkan besi tua dan barang bekas lainnya
dari rumah ke rumah. Dengan becak bantuan dari majikan, profesi ini dijalani
setiap hari sampai Februari 2016.
Ketekunan dalam menjalani pekerjaan
mengumpulkan barang bekas ini, membuat pengalaman Heri dalam membedakan jenis
barang bekas sesuai nilai jualnya juga semakin tinggi. Seperti, plastik bekas
minuman air mineral akan lebih murah dibanding dengan plastik bekas kemasan
oli. Begitu juga dengan menilai harga jual tembaga dan besi.
"Awal membecak, rata-rata saya
bisa mendapat penghasilan 80 ribu rupiah per hari. Setelah ada pengalaman dalam
menilai harga barang, saya bisa mendapatkan penghasilan lebih 100 ribu rupiah
setiap harinya," tutur Heri kepada Buyuang saat ditemui ditempat
usahanya di Jalan Tepi Banda Bakali Simpang Haru Nomor 1 Padang (27/4).
Menikah tahun 2010, kehidupan Heri
mulai terarah. Ketika bujang, pendapatan harian jarang tertabung. Namun sejak
berumah tangga, penghasilan yang diperoleh setiap hari dikelola dengan baik
oleh istri. Sehingga bisa memiliki rumah di Lubuk Buaya, motor, dan modal untuk
membuka usaha kelontong di rumah.
"Setelah kebutuhan keluarga
seperti tempat tinggal dan kendaraan bisa terpenuhi, saya punya target untuk
meningkatkan usaha menjadi pengumpul. Tidak lagi membeli barang dari rumah ke
rumah, tetapi membeli dari rekan-rekan yang menggunakan becak," cerita
Heri.
Heri menyewa sebuah rumah kayu
sebagai gudang di tepi Banda Bakali Simpang Haru ketika modal sudah terkumpul.
Dibantu oleh adiknya, setiap sore Heri disibukkan oleh kehadiran rekan-rekan
sesama pengumpul barang bekas yang menggunakan becak yang berjumlah 15 orang.
Heri bertugas menimbang barang dan menaksir nilainya, pembayaran dilakukan oleh
adik perempuannya.
Selama Maret 2016, usaha Heri sudah
bisa menjual sebanyak delapan truk. Yang mana setiap kali pemuatan barang ke
truk menghasilkan satu juta rupiah. Dan perkiraan dalam satu bulan sudah
mendapatkan penghasilan kotor delapan juta rupiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar