Minggu, 09 Oktober 2016

Dari Pemulung, Jadi Pengumpul (Repost : 27 April 2016)


PADANG -  Perpisahan orang tua dan kebutuhan untuk bertahan hidup, membuat Heri Afrianto (32) memutuskan merantau seorang diri ke Padang sejak usia 12 tahun pada 1996. Tinggal bersama seorang sanak famili di Purus Padang, Heri kecil melakoni keseharian menjadi nelayan dan penjual ikan.

Kerasnya kehidupan dan lingkungan nelayan membuat Heri mencoba peruntungan merantau ke Jakarta. Hal ini tidak bertahan lama juga. Hanya dua tahun merantau di Ibukota, Heri kembali lagi ke Padang dan mendapatkan kerja membantu usaha pengumpulan besi tua di Marapalam tahun 2000.

Gaji yang diberikan majikan tidak mencukupi, Heri memutuskan untuk mengumpulkan besi tua dan barang bekas lainnya dari rumah ke rumah. Dengan becak bantuan dari majikan, profesi ini dijalani setiap hari sampai Februari 2016. 

Ketekunan dalam menjalani pekerjaan mengumpulkan barang bekas ini, membuat pengalaman Heri dalam membedakan jenis barang bekas sesuai nilai jualnya juga semakin tinggi. Seperti, plastik bekas minuman air mineral akan lebih murah dibanding dengan plastik bekas kemasan oli. Begitu juga dengan menilai harga jual tembaga dan besi.

"Awal membecak, rata-rata saya bisa mendapat penghasilan 80 ribu rupiah per hari. Setelah ada pengalaman dalam menilai harga barang, saya bisa mendapatkan penghasilan lebih 100 ribu rupiah setiap harinya," tutur Heri kepada Buyuang saat ditemui ditempat usahanya di Jalan Tepi Banda Bakali Simpang Haru Nomor 1 Padang (27/4).

Menikah tahun 2010, kehidupan Heri mulai terarah. Ketika bujang, pendapatan harian jarang tertabung. Namun sejak berumah tangga, penghasilan yang diperoleh setiap hari dikelola dengan baik oleh istri. Sehingga bisa memiliki rumah di Lubuk Buaya, motor, dan modal untuk membuka usaha kelontong di rumah.

"Setelah kebutuhan keluarga seperti tempat tinggal dan kendaraan bisa terpenuhi, saya punya target untuk meningkatkan usaha menjadi pengumpul. Tidak lagi membeli barang dari rumah ke rumah, tetapi membeli dari rekan-rekan yang menggunakan becak," cerita Heri.

Heri menyewa sebuah rumah kayu sebagai gudang di tepi Banda Bakali Simpang Haru ketika modal sudah terkumpul. Dibantu oleh adiknya, setiap sore Heri disibukkan oleh kehadiran rekan-rekan sesama pengumpul barang bekas yang menggunakan becak yang berjumlah 15 orang. Heri bertugas menimbang barang dan menaksir nilainya, pembayaran dilakukan oleh adik perempuannya.

Selama Maret 2016, usaha Heri sudah bisa menjual sebanyak delapan truk. Yang mana setiap kali pemuatan barang ke truk menghasilkan satu juta rupiah. Dan perkiraan dalam satu bulan sudah mendapatkan penghasilan kotor delapan juta rupiah.

Bercermin dari usaha yang dirintisnya dan kehidupan yang dilalui, Heri menyampaikan bahwa apapun pekerjaan dan profesi yang dilakukan akan mendatangkan nilai manfaat, baik materi maupun non materi. Tentunya dengan syarat harus tekun dan tidak malu. (cby/01)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar