PARIAMAN - Motivasi untuk sehat dan
sering membaca pengetahuan tentang cara penyembuhan penyakit tersebut, bisa
melahirkan ide untuk membuka usaha. Hal ini yang dialami Ramlan (31), warga
Batang Kabung, Pariaman Timur, Kota Pariaman.
Produsen Sari Jahe, Ramlan saat melakukan konsultasi usaha dengan sekretaris Diskopperindag Kota Pariaman, Syaiful Azman, dan melihat hasil desain kotak kemasan Sari Jahe Pandeka |
Setelah keluar dari rumah sakit,
sambung Ramlan, hampir tiap hari menikmati menuman skotang di Balai
Kuraitaji,Pariaman Selatan. Perubahan yang dialami sangat terasa sekali, namun
karena jarak yang jauh, saya coba membeli jahe di warung dekat rumah, kemudian
diiris kecil dan direbus.
"Saya selalu mencari informasi
di warung internet untuk cara mengolah jahe tersebut agar tahan lama dalam
bentuk sari jahe. Setelah dapat, saya beli jahe sebanyak dua kilogram dan
diolah sesuai panduan yang didapatkan. Tepung sari jahe yang dihasilkan,
setengah kilogram disiapkan untuk dikonsumsi, sedangkan sisanya disimpan.
Namun, sisa tersebut dibungkus oleh kakak dalam bentuk bungkusan kecil. Hal ini
sempat saya larang,namun kakak meyakinkan bahwa jikahabis, bisa dibuat
lagi," terang Ramlan.
Ternyata, hanya dalam dua hari, sari
jahe tersebut habis dibeli oleh warga sekitar rumah. Hal ini memunculkan ide
untuk membuka usaha sari jahe. Maka dibelilah jahe sebanyak lima kilogram,lalu
diolah menjadi sari jahe dan dikemas kecil dengan bungkus kertas. Sari jahe
tersebut dipajang di warung internet sebelah rumah. Dalam hitungan hari,
ternyata habis terjual juga.
Salah seorang pelanggan menyarankan
untuk membuat kemasan yang bagus, baik ukuran kecil maupun ukuran besar berupa
kotak. Dia juga menyarankan untuk mendaftarkan nama Sari Jahe Pandeka agar
menjadi merek dagang, dan melakukan konsultasi dengan Diskopperindag Kota
Pariaman agar usaha bisa berkembang dengan baik.
"Mendapat masukan dari
pelanggan dan petugas di Diskopperindag Pariaman, saya semakin yakin dengan
usaha ini. Dengan uang satu juta rupiah, saya beli jahe dan perlengkapan
lainnya. Alhamdulillah, rata-rata tiap bulan kami sudah bisa produksi 60 kg -
80 kg sari jahe," ujar Ramlan.
Dari konsultasi dengan
Diskopperindag Pariaman, Ramlan banyak mendapat bantuan dan kemudahan.
Diantaranya desain kotak kemasan isi 20 pcs dan biaya cetak kotak tersebut
secara gratis, kemudahan pengurusan dan penerbitan izin usaha dan izin
kesehatan dari dinas kesehatan. Termasuk proses pendaftaran merek dagang Sari
Jahe Pandeka ke Kemenkumham dan label halal dari MUI.
Syaiful Azman, Sekretaris
Diskopperindag Kota Pariaman, yang secara rutin melakukan pembinaan terhadap
UMKM memberikan saran kepada Ramlan bahwa membuat usaha perlu niat dan kerja
yang sungguh-sungguh. Selain itu juga perlu pendukung usaha agar bisa tetap
berjalan dan berkembang dengan baik. Diantara, karena ini produkyang
dikonsumsi, maka perlu izin kesehatan sebagai tanda layak untuk dikonsumsi.
Ketika melihat ada izin dari dinas kesehatan, tentu konsumen merasa yakindan
nyaman dalam mengkonsumsinya.
Selanjutnya yang perlu diperhatikan
adalah jumlah produk. Kita harus punya aneka usaha dan rencana pengembangan
usaha ke depan. Ketika ada pihak lain tertarik untuk melakukan kerjasama atau
pihak bank memberikan pinjaman,yang dilihat adalah kebutuhan pengembangan usaha
ke depan.
"Dan kunci yang tidak boleh
dilupakan adalah ketersediaan bahan baku jahe dari petani. Sehingga perlu
kerjasama dengan petani sekitar maupun dari daerah lain agar pasokan bahan baku
jahe tidak terputus," jelas Syaiful saat bertemu dengan Ramlan di ruang
kerjanya, Selasa (4/10).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar