Roswita Rosa (58) menceritakan
kepada Buyuang, saat ditemui di rumahnya pada Kamis (7/3), LPK
Mode Vak Karyawati didirikan Ibunya pada tahun 1970 yang bertujuan untuk
menambah keterampilan yang lebih mendalam bagi murid Sekolah Kepandaian Putri
(SKP) di Pariaman. Ibunya saat itu juga menjabat sebagai Direktur Sekolah
Kepandaian Putri (SKP) di Pariaman, sekolah swasta yang letaknya di sebelah
gedung DPRD Padang Pariaman saat ini.
“Sebenarnya, pada tahun 1955, Ibu
sudah membuka kursus membuat. Namun, proses pembuatan yang serba manual ketika
itu, membuat saya tidak tertarik dan lebih memilih keterampilan lain,” kata
Roswita yang biasa dipanggil Mami oleh murid-muridnya.
Ketertarikan pada keterampilan
menjahit, sambung Mami, didukung penuh oleh Ibunya dalam bentuk mengirim
Roswita belajar menjahit ke beberapa guru menjahit di Pariaman. Bahkan
mendatangkan guru juga dari daerah lain. Keterampilan dari beberapa guru ini
membuat Mami berhasil membuat pola pakaian sendiri, yang nantinya menjadi
andalan dan ciri khas dalam mengembangkan LPK Mode Vak Karyawati.
“Mulai masuk belajar hari ini, besok
sudah pandai menggunting pola. Dengan syarat, ada bakat, tidak mudah bosan, dan
ada kemauan keras untuk belajar dan berkreasi” ujar Mami yang sejak tahun 1975,
berumur sekitar 17 tahun, sudah dipercaya Ibunya menjadi guru menjahit.
LPK Mode Vak Karyawati yang
mempunyai moto Kerja dan Karya untuk Kesejahteraan Wanita, hanya menerima murid
khusus perempuan. Setiap murid yang belajar menjahit dikenakan biaya satu (1)
mas. Biaya ini berlaku sampai murid tersebut pandai menjahit sendiri .
Perempuan yang belajar menjahit di
LPK Mode Vak Karyawati ini pada umumnya berhasil membuka usaha menjahit
sendiri. Malah banyak yang menjadikan menjahit ini sebagai matapencaharian
keluarga, termasuk ikut sertanya suami bagi yang sudah berkeluarga.
Walau berdiri sejak tahun 1970, LPK
Mode Vak Karyawati baru bisa menjalin kerja sama dengan pemerintah pada tahun
2014 dan 2015 dengan Program Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) dari Dirjen
PAUDNI-Kemdikbud. 20 orang perempuan dengan usia 18 sampai 40 tahun belajar
keterampilan menjahit secara gratis selama 500 jam pelajaran. Di akhir program,
peserta mengikuti ujian nasional untuk mendapatkan sertifikat menjahit level 1
yang dikeluarkan Kemdikbud dan berlaku secara nasional.
Terkait perkembangan zaman dan
persaingan dunia kerja dan usaha saat ini, Mami mengharapkan remaja putri harus
mempunyai keterampilan. Sehingga bias menghasilkan produk dan lapangan kerja
sendiri. Dan bisa juga membantu meringankan beban suami dalam mencari nafkah
ketika sudah berkeluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar