Minggu, 09 Oktober 2016

Mukena Bordir (Damar Bordir) (repost : 10 Mei 2016)



Membuka usaha berjualan mukena bordir sudah digeluti Eef Dewi sejak tahun 2004. Selain memproduksi sendiri, Dewi juga membawa hasil produksi beberapa temannya dan menjual langsung di Pasar Grosir Aur Kuning Bukittinggi dengan memanfaatkan lorong pertokoan.

Kerja kerasnya mendatangkan hasil, dengan banyaknya mendapat pesanan dari salah satu pedagang asal Malaysia. Namun, gempa tahun 2007 membuat usahanya sempat berhenti berproduksi. Ketika usaha produksi mukena bordir mulai berkembang lagi, Dewi kembali mendapatkan ujian saat gempa terjadi tahun 2009. Kerja sama dengan pedagang dari Malaysia dihentikan karena tidak ada produk yang selesai dibuat.

Belajar dari pengalaman tersebut, dan berkat dorongan suami, Dewi memutuskan membuat media blog sebagai media promosi dan pemasaran tahun 2010. Dengan pengalaman yang masih minim, media blog dibuat seadanya. Sehingga sampai tahun 2012 tidak pernah terjadi transaksi dari jualan online tersebut. Walaupun ada pesanan, itupun berasal dari relasi yang sudah terjalin sejak tahun 2004.

"Selama dua tahun mencoba jualan online, tidak pernah ada transaksi yang terjadi. Namun saya tetap mencoba dan belajar melalui mesin pencari Google untuk mengetahui trik berdagang online," kata Eef Dewi kepada Buyuang saat ditemui di rumah sekaligus toko offline di Jalan Rasuna Said Nomor 44 Balai Kurai Taji, Pariaman Selatan, Kota Pariaman, pada Selasa (10/5).

Melihat blog dan laman penjual online lainnya, Dewi mengetahui kelemahan dan kekurangan yang dimilikinya. Berbagai perbaikan dilakukan, baik produk maupun media blog. Mukena bordir sebagai produk utama dimodifikasi. Yang awalnya hanya menyediakan mukena, maka diberi tambahan dengan membuat tas mukena yang warna dan motifnya sama. 

Selanjutnya, berbagai konten di media blog turut diperbaiki. Foto dimuat sebanyaknya dan dalam berbagai posisi, yang dilengkapi data dan keterangan tentang produk. Hal ini menjadi memudahkan pengunjung halaman blog dalam mencari informasi tentang produk. Termasuk memperbanyak kata kunci dalam mesin pencari, sehingga laman blog diketahui oleh pengguna internet.

"Alhamdulillah, sejak perbaikan dilakukan, mulai ada pesanan dari daerah lain. Malah pesanan juga berasal dari negara lain, seperti Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, dan Qatar. Kalau ada yang bertanya tentang toko, saya hanya punya satu, yakni rumah ini sekaligus toko. Namun agen yang membantu penjualan tersebar dihampir setiap provinsi di Indonesia," tutur Dewi.

Memproduksi mukena bordir dan baju bordir, Dewi dibantu oleh 20 orang pekerja yang rata-rata ibu rumah tangga. Produksi dilakukan di rumah masing-masing. Jumlah pekerja ini bisa meningkat dan berkurang sesuai jumlah pesanan.

"Awal puasa Ramadan, pesanan untuk Wilayah Indonesia Timur sudah dihentikan. Sedangkan untuk wilayah Indonesia Tengah tidak bisa menerima pesanan dua minggu jelang lebaran. Hal ini berkaitan dengan tingkat kemampuan produksi dan pengiriman barang," sambung Dewi

Kerja keras, mau belajar, dan tidak pernah putus asa dalam menjalankan usaha sudah mendatangkan hasil. Berdagang online dengan nama Mukena Bordir (Damar Bordir), rata-rata Dewi melakukan transaksi dari seluruh agen di Indonesia mencapai 15 sampai 18 juta tiap bulannya. Dengan keuntungan bersih rata-rata lima juta perbulan. (cby/01)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar