Membuka usaha berjualan mukena
bordir sudah digeluti Eef Dewi sejak tahun 2004. Selain memproduksi sendiri,
Dewi juga membawa hasil produksi beberapa temannya dan menjual langsung di
Pasar Grosir Aur Kuning Bukittinggi dengan memanfaatkan lorong pertokoan.
Kerja kerasnya mendatangkan hasil,
dengan banyaknya mendapat pesanan dari salah satu pedagang asal Malaysia.
Namun, gempa tahun 2007 membuat usahanya sempat berhenti berproduksi. Ketika
usaha produksi mukena bordir mulai berkembang lagi, Dewi kembali mendapatkan
ujian saat gempa terjadi tahun 2009. Kerja sama dengan pedagang dari Malaysia
dihentikan karena tidak ada produk yang selesai dibuat.
Belajar dari pengalaman tersebut,
dan berkat dorongan suami, Dewi memutuskan membuat media blog sebagai media
promosi dan pemasaran tahun 2010. Dengan pengalaman yang masih minim, media
blog dibuat seadanya. Sehingga sampai tahun 2012 tidak pernah terjadi transaksi
dari jualan online tersebut. Walaupun ada pesanan, itupun berasal dari relasi
yang sudah terjalin sejak tahun 2004.
"Selama dua tahun mencoba
jualan online, tidak pernah ada transaksi yang terjadi. Namun saya tetap
mencoba dan belajar melalui mesin pencari Google untuk mengetahui trik
berdagang online," kata Eef Dewi kepada Buyuang saat ditemui
di rumah sekaligus toko offline di Jalan Rasuna Said Nomor 44 Balai
Kurai Taji, Pariaman Selatan, Kota Pariaman, pada Selasa (10/5).
Melihat blog dan laman penjual
online lainnya, Dewi mengetahui kelemahan dan kekurangan yang dimilikinya.
Berbagai perbaikan dilakukan, baik produk maupun media blog. Mukena bordir
sebagai produk utama dimodifikasi. Yang awalnya hanya menyediakan mukena, maka
diberi tambahan dengan membuat tas mukena yang warna dan motifnya sama.
Selanjutnya, berbagai konten di
media blog turut diperbaiki. Foto dimuat sebanyaknya dan dalam berbagai posisi,
yang dilengkapi data dan keterangan tentang produk. Hal ini menjadi memudahkan
pengunjung halaman blog dalam mencari informasi tentang produk. Termasuk
memperbanyak kata kunci dalam mesin pencari, sehingga laman blog diketahui oleh
pengguna internet.
"Alhamdulillah, sejak perbaikan
dilakukan, mulai ada pesanan dari daerah lain. Malah pesanan juga berasal dari
negara lain, seperti Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, dan Qatar. Kalau
ada yang bertanya tentang toko, saya hanya punya satu, yakni rumah ini
sekaligus toko. Namun agen yang membantu penjualan tersebar dihampir setiap
provinsi di Indonesia," tutur Dewi.
Memproduksi mukena bordir dan baju
bordir, Dewi dibantu oleh 20 orang pekerja yang rata-rata ibu rumah tangga.
Produksi dilakukan di rumah masing-masing. Jumlah pekerja ini bisa meningkat
dan berkurang sesuai jumlah pesanan.
"Awal puasa Ramadan, pesanan
untuk Wilayah Indonesia Timur sudah dihentikan. Sedangkan untuk wilayah
Indonesia Tengah tidak bisa menerima pesanan dua minggu jelang lebaran. Hal ini
berkaitan dengan tingkat kemampuan produksi dan pengiriman barang,"
sambung Dewi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar