Berprofesi sebagai guru dan pernah
menjadi pengrajin sulaman, Fitrinawati, S.Pd (48), bercita-cita untuk
meningkatkan penghasilan dan sumber daya manusia (SDM) pengrajin sulaman di
sekitar rumahnya. Penghasilan meningkat dengan berproduksi sulaman secara terus
menerus. Peningkatan SDM dalam bidang kualitas sulaman, mampu mengenali sejarah
dan jenis sulaman, dan kemampuan melakukan promosi dalam pemasaran.
Pemilik Sulaman Indah Mayang, Fitrinawati, didampingi Sekretaris Diskoperindag Kota Pariaman, Syaiful Azman, dan pengrajin sulaman mato samek hasil, Leni. |
Cita-cita tersebut dibuktikan dengan
mendirikan usaha sendiri pada tahun 2003. Mengunakan merek dagang Sulaman Indah
Mayang, industri rumah tangga yang berada di Desa Padang Birik Birik, Pariaman
Utara, Kota Pariaman, saat ini mampu memperkerjakan 25 orang. Sebagian besar
adalah ibu rumah tangga dengan keahlian yang berbeda, seperti sulam benang
emas, sulam mato samek, dan sulam suji.
Menjadikan salendang balapak sulam
kapalo samek sebagai produk unggulan, Sulaman Indah Mayang dibangun dari
kondisi nol. Beberapa langkah dilakukan Fitri agar usaha sulaman bisa menjadi
usaha yang bisa menghidupi orang banyak.
Memulai dengan membuat sendiri
selendang balapak sulam kapalo samek sekitar lima helai, Fitri melakukan
promosi kepada teman kerja di sekolah dan sanak famili di rantau. Termasuk
menawarkan untuk datang ke rumah saat bertemu dengan orang yang dikenal saat
belanja di pasar atau bertemu disuatu tempat.
"Selendang yang saya buat
sendiri, langsung saya perlihatkan dan tawarkan kepada teman-teman. Malah
mangajak untuk datang ke rumah ketika bertemu di jalan agar bisa melihat
selendang yang saya buat," cerita Fitrinawati saat Buyuang kunjungi
di toko yang berada di depan Stasiun Kerata Api Nareh di desa Padang Birik
Birik, Selasa (17/5).
Selendang sulaman Fitri tersebut
sangat menarik dan laku terjual semua. Ketika pesanan sudah mulai berdatangan,
Fitri melakukan langkah selanjutnya yaitu mencari tambahan modal dengan program
binaan. Sejak mendapat binaan dari perusahaan besar, seperti Jamsostek dan
Telkom, dan perbankan, Sulaman Indah Mayang mulai berkembang, Tidak hanya dari
jumlah tenaga kerja, tetapi juga jumlah produksi dan kualitas produknya.
Fitri menceritakan, langkah
berikutnya yaitu mempromosikan produk dengan skala yang lebih besar. Promosi
tidak hanya melalui rumah ke rumah, tetapi juga rajin mengikuti pameran. Hampir
separuh daerah di Indonesia sudah dijajaki Fitri melalui pameran. Termasuk juga
melakukan pameran di negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura. Mengikuti
pameran ini dibawa dan dibiayai oleh Dinas Koperindag Kota Pariaman dan Dinas
Koperasi dan UMKM Provinsi Sumatera Barat, serta BUMN
"Alhamdulillah, berapapun
produk yang dibawa ketika suatu pameran, habis terjual," tutur
Fitrinawati.
Membuat usaha yang menghasilkan
produk, sambung Fitri, kendala pada umumnya berkisar di modal, sulit mencari
tenaga kerja yang bisa menyulam, dan promosi pemasaran. Namun berkat turut
sertanya Dinas Koperindag Kota Pariaman, beberapa kendala bisa diatasi. Seperti
diadakannya pelatihan menyulam kepada 60 orang yang difasilitasi oleh
Diskoperindag Kota Pariaman dan Badan Diklat Sumbar.
"Fitri menyatakan bahwa ada
program pelatihan dari Balai Diklat Industri Sumbar untuk UMKM. Karena
keterbatasan anggaran, Diskoperindag Kota Pariaman memberikan rekomendasi yang
dikeluarkan Walikota Pariaman dan memfasilitasi pelatihan dengan peserta 60
orang," kata Syaful Azman, Sekretaris Diskoperindag Kota Pariaman, saat bertemu
dengan Buyuang di toko Sulaman Indah Mayang.
Proses pembuatan selendang bisa
memakan waktu 40 sampai 60 hari. Dengan biaya pembuatan 400 ribu rupiah,
tentunya tidak mencukupi kebutuhan harian. Rentang harga selendang dengan baju
penganten dari 2,5 juta sampai 5 juta rupiah. tergantung motif dan modelnya.
Sedangkan khusus selendang, mulai 250 ribu rupiah sampai 2,5 juta rupiah. Omzet
yang diperoleh setiap bulan rata-sata sebesar 18 juta rupiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar