Minggu, 09 Oktober 2016

Sulaman Indah Mayang Nareh (repost : 17 Mei 2016)



Berprofesi sebagai guru dan pernah menjadi pengrajin sulaman, Fitrinawati, S.Pd (48), bercita-cita untuk meningkatkan penghasilan dan sumber daya manusia (SDM) pengrajin sulaman di sekitar rumahnya. Penghasilan meningkat dengan berproduksi sulaman secara terus menerus. Peningkatan SDM dalam bidang kualitas sulaman, mampu mengenali sejarah dan jenis sulaman, dan kemampuan melakukan promosi dalam pemasaran.
Pemilik Sulaman Indah Mayang, Fitrinawati, didampingi Sekretaris Diskoperindag Kota Pariaman, Syaiful Azman, dan pengrajin sulaman mato samek hasil, Leni.

Cita-cita tersebut dibuktikan dengan mendirikan usaha sendiri pada tahun 2003. Mengunakan merek dagang Sulaman Indah Mayang, industri rumah tangga yang berada di Desa Padang Birik Birik, Pariaman Utara, Kota Pariaman, saat ini mampu memperkerjakan 25 orang. Sebagian besar adalah ibu rumah tangga dengan keahlian yang berbeda, seperti sulam benang emas, sulam mato samek, dan sulam suji.

Menjadikan salendang balapak sulam kapalo samek sebagai produk unggulan, Sulaman Indah Mayang dibangun dari kondisi nol. Beberapa langkah dilakukan Fitri agar usaha sulaman bisa menjadi usaha yang bisa menghidupi orang banyak.

Memulai dengan membuat sendiri selendang balapak sulam kapalo samek sekitar lima helai, Fitri melakukan promosi kepada teman kerja di sekolah dan sanak famili di rantau. Termasuk menawarkan untuk datang ke rumah saat bertemu dengan orang yang dikenal saat belanja di pasar atau bertemu disuatu tempat.

"Selendang yang saya buat sendiri, langsung saya perlihatkan dan tawarkan kepada teman-teman. Malah mangajak untuk datang ke rumah ketika bertemu di jalan agar bisa melihat selendang yang saya buat," cerita Fitrinawati saat Buyuang kunjungi di toko yang berada di depan Stasiun Kerata Api Nareh di desa Padang Birik Birik, Selasa (17/5).

Selendang sulaman Fitri tersebut sangat menarik dan laku terjual semua. Ketika pesanan sudah mulai berdatangan, Fitri melakukan langkah selanjutnya yaitu mencari tambahan modal dengan program binaan. Sejak mendapat binaan dari perusahaan besar, seperti Jamsostek dan Telkom, dan perbankan, Sulaman Indah Mayang mulai berkembang, Tidak hanya dari jumlah tenaga kerja, tetapi juga jumlah produksi dan kualitas produknya.

Fitri menceritakan, langkah berikutnya yaitu mempromosikan produk dengan skala yang lebih besar. Promosi tidak hanya melalui rumah ke rumah, tetapi juga rajin mengikuti pameran. Hampir separuh daerah di Indonesia sudah dijajaki Fitri melalui pameran. Termasuk juga melakukan pameran di negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura. Mengikuti pameran ini dibawa dan dibiayai oleh Dinas Koperindag Kota Pariaman dan Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sumatera Barat, serta BUMN

"Alhamdulillah, berapapun produk yang dibawa ketika suatu pameran, habis terjual," tutur Fitrinawati.

Membuat usaha yang menghasilkan produk, sambung Fitri, kendala pada umumnya berkisar di modal, sulit mencari tenaga kerja yang bisa menyulam, dan promosi pemasaran. Namun berkat turut sertanya Dinas Koperindag Kota Pariaman, beberapa kendala bisa diatasi. Seperti diadakannya pelatihan menyulam kepada 60 orang yang difasilitasi oleh Diskoperindag Kota Pariaman dan Badan Diklat Sumbar.

"Fitri menyatakan bahwa ada program pelatihan dari Balai Diklat Industri Sumbar untuk UMKM. Karena keterbatasan anggaran, Diskoperindag Kota Pariaman memberikan rekomendasi yang dikeluarkan Walikota Pariaman dan memfasilitasi pelatihan dengan peserta 60 orang," kata Syaful Azman, Sekretaris Diskoperindag Kota Pariaman, saat bertemu dengan Buyuang di toko Sulaman Indah Mayang.

Proses pembuatan selendang bisa memakan waktu 40 sampai 60 hari. Dengan biaya pembuatan 400 ribu rupiah, tentunya tidak mencukupi kebutuhan harian. Rentang harga selendang dengan baju penganten dari 2,5 juta sampai 5 juta rupiah. tergantung motif dan modelnya. Sedangkan khusus selendang, mulai 250 ribu rupiah sampai 2,5 juta rupiah. Omzet yang diperoleh setiap bulan rata-sata sebesar 18 juta rupiah. 

"Walau sulaman ini merupakan produk yang sudah lama, tetapi saya yakin, masyarakat tetap menyukai dan kembali mencari produk-produk lama atau tradisional ini," jelas Fitri. (cby/01)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar