PADANG - Menggeluti suatu profesi
atau pekerjaan tidak hanya selalu diukur dengan materi atau uang, tetapi bisa
juga dengan kepuasan batin yang dirasakan oleh si pekerja. Hal inilah yang
menjadi prinsip Drs. M. Aidil (51), biasa dipanggil Pak Dil, dalam menggeluti
usaha servis kulkas dan penjualan kulkas bekas sejak tahun 1999.
Sebelum fokus menekuni usaha servis
kulkas, Pak Dil pernah menjadi pengajar di salah satu sekolah swasta di Kota
Padang setelah tamat dari Fakultas Pendidikan Teknik IKIP Padang (sekarang UNP)
tahun 1991. Pak Dil berusaha menjadi guru profesional, dimana seorang guru
tidak hanya mengajar tetapi juga menjadi pendidik bagi siswanya.
Pak Dil cukup keras terhadap
siswanya yang rata-rata berasal dari ekonomi menengah ke bawah. Keras tersebut
diartikan bukan melakukan kekerasan secara fisik. Tetapi menyentuh perasaan
siswa agar bisa memahami kondisi pribadi dan orang tuanya sehingga siswa
tersebut mampu menjadi pribadi yang mandiri dan berprinsip.
Kekecewaan dirasakan Pak Dil ketika
melihat rekan seprofesinya hanya sekedar melakukan tugas mengajar, menyampaikan
ilmu tanpa mampu membina anak didiknya menjadi pribadi yang baik dan tangguh.
Kekecewaan tersebut semakin memuncak ketika persoalan ekonomi yang melanda
Indonesia pada tahun 1998. Gaji yang diterima tidak mencukupi kebutuhan hidup
keluarganya.
Krisis moneter tahun 1998 membuat
Pak Dil melihat peluang usaha menjual elektronik bekas. Apalagi sejak muda, Pak
Dil merasakan lebih berminat berwirausaha dibanding dengan menjadi guru.
Bermodal 10 juta rupiah, Pak Dil membeli kulkas bekas dari Dumai Riau.
Keputusan untuk menjual kulkas ini didasari kemampuan untuk memperbaiki kulkas,
pekerjaan lain yang digeluti disela-sela menjadi guru. Profesi guru yang telah
digeluti selama delapan tahun ditinggalkan.
Berawal dari teras rumah orang tua,
Pak Dil pindah ke sebuah toko di pasar Simpang Haru ketika usahanya mulai
berkembang. Tidak hanya kulkas, mesin cuci dan Air Conditioner (AC)
menjadi barang bekas selanjutnya yang masuk dalam daftar jual dan servis.
Ketika itu dibantu temannya yang ahli dalam servis AC. Tempat usaha servis Pak
Dil selanjutnya pindah lagi ke Jalan Tepi Banda Bakali Simpang Haru Nomor 1
Padang.
Tarif servis dan harga kulkas dan
mesin tidak pernah dipatok oleh Pak Dil. Hal tersebut disesuaikan dengan
kondisi ekonomi konsumennya. Jika konsumen dengan ekonomi bagus, biaya dan
harga yang diberikan sesuai dengan standar. Lain halnya jika konsumen berasal
dari ekonomi kecil, terkadang Pak Dil hanya meminta biaya beli bensin dan
terkadang mau merugi. Asalkan batin merasa terpuaskan dan nyaman.
"Pernah seorang mahasiswa
membeli kulkas bekas disini. Saya berikan harga hanya 500 ribu rupiah dari
sebenarnya 700 ribu rupiah karena dia baru mulai buka usaha untuk mencukupi
biaya kuliah," kata Pak Dil ketika Buyuang temui ditempat usahanya.
Ujian dialami Pak Dil dan
keluarganya pada tahun 2012 ketika anak bungsunya dari 3 bersaudara menderita
kebocoran ginjal. Pengelolaan usaha servis diserahkan sementara temannya. Pak Dil
lebih banyak di rumah untuk mengurus dan merawat anak bungsunya.
"Malang tak dapat ditolak, dan
itu adalah takdirnya, anak kami meninggal sehari setelah hari raya Idul Fitri
tahun 2014. Saya dan istri merasa terpukul sekali. Butuh waktu lama bagi kami untuk
mengikhlaskan kepergiannya. Baru setelah lebaran tahun 2015 saya kembali kelola
usaha servis tersebut" tutur Pak Dil dengan mata berkaca-kaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar