Kondisi rumah semi permanen pasangan Pendek dan Alimasna, yang ditempati oleh 16 jiwa. |
Alimasna menceritakan, selain suami
dan anak-anaknya, turut juga menantu dan cucunya tinggal di rumah tersebut.
“Saya dan suami beserta anak yang kecil tidur dikamar yang masih berlantai
tanah ini. Sedang anak-anak yang sudah remaja, menantu dan empat orang cucu
tidur di ruangan tamu. Kami tinggal di rumah ini berjumlah 16 orang. Kalau hari
hujan, terpaksa anak-anak menginap di rumah tetangga karena tampias masuk ke
rumah,” jelas Masna saat Buyuang temui di rumahnya, Kamis, (15/9).
Untuk biaya harian, sambung Masna,
dia bekerja sebagai buruh pembuat kerupuk di rumah warga dengan upah harian Rp.
15.000. Sedangkan suami, Pendek, bekerja mengembalakan sapi milik warga dengan
sistem “mampaduoan”. “Jangankan untuk makan dua kali sehari, makan sekali
sehari saja sudah beruntung. Ketika beras miskin yang didapatkan dari
pemerintahan nagari sudah habis, terpaksa memakan jagung dan ubi,” terang Masna
dengan mata berkaca-kaca.
Kesulitan ekonomi yang dialami
keluarga pasangan Pendek dan Alimasna ini membawa dampak terhadap perkembangan
kesehatan dan pendidikan anak-anaknya. Dua anak Masna, Marlina(31) dan Eka
Putra (17) menderita gizi buruk dan penglihatan yang kabur. Dari sembilan orang
anaknya, hanya satu yang bias menamatkan pendidikan tingkat SMK. Sisanya putus
sekolah.
Masna juga menceritakan bahwa
keluarga dan rumahnya sering didata oleh petugas dari nagari. Dimana mereka
meminta fotokopi kartu keluarga, lalu mengambil foto kondisi rumah. Ketika
ditanyakan, petugas tersebut mengatakan untuk pendataan bantuan dari
pemerintah. “Kami sering di data, tapi bantuan tidak pernah diterima. Dan
berkat perjuangan beberapa warga, baru saya dapat bantuan rehab rumah berupa bantuan
material. Nama saya pernah juga masuk data penerima bantuan pemasangan listrik,
namun tiba-tiba dialihkan ke warga yang lain tanpa diketahui penyebab dan
alasannya,” kata Masna.
Alimasna yang didampingi
anak-anaknya berharap kepada Bupati Padang Pariaman dan pemerintahan Nagari
Kapalo Koto, Kecamatan Nan Sabaris agar bisa memberikan perhatian yang serius
terhadap warga miskin. “Kami tidak minta banyak. Apabila kami yang miskin masuk
dalam penerima bantuan, maka berikanlah hak kami tersebut. Jangan jadikan kami
sebagai warga yang selalu didata dan difoto, lalu bantuan dialihkan ke warga
yang tidak ada dalam data,” kata Masna di depan beberapa awak media yang datang
ke rumahnya. (cby/01)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar